BERITASUKOHARJO.com - Berbicara tentang sepak terjang Bung Karno dalam dunia perpolitikan rasanya tidak lengkap jika tak menyertakan kisah seru di balik pembuangannya di berbagai tempat di Indonesia.
Salah satu tempat yang pernah disinggahi dan menjadi bagian bersejarah bagi sang Proklamator adalah kota kecil yang terletak di tengah-tengah pulau Flores yaitu, Kota Ende.
Dalam autobiografinya yang berjudul "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" bab 15 tentang pembuangan, Cindy Adams, jurnalis asal Amerika menulis sebagaimana dikatakan Putra Sang Fajar, "ENDE, sebuah kampung nelayan telah dipilih sebagai penjara terbuka untukku yang ditentukan oleh Gubernur Jendral sebagai tempat di mana aku akan menghabiskan sisa umurku."
Baca Juga: Inilah 5 Rekomendasi Lagu J-Pop untuk Menemani Kamu Belajar
Lebih lanjut ditambahkan, "Dalam segala hal maka Ende, di Pulau Bunga yang terpencil itu, bagiku menjadi ujung dunia. Di sini jelas terlihat bahwa Ende merupakan tempat yang jauh dari modernisasi.
Keterbelakangan tersebut kemudian dijelaskan Soekarno dengan mengatakan "Ende dapat dijalani dari ujung ke ujung dalam beberapa jam saja.
Ia tidak mempunyai telepon, tidak punya telegraf. Satu-satunya hubungan yang ada dengan dunia luar dilakukan dengan dua buah kapal pos yang keluar-masuk sekali sebulan."
Perjalanan kebatinan Bung Karno ini kemudian diangkat dan ditampilkan secara apik oleh Baim Wong yang berkesempatan menjadi tokoh utama.
Berperan sebagai sang Proklamator Indonesia, Baim nyatanya mampu menjiwai gambaran Soekarno yang tenang meski dirundung kesedihan manakala dibuang ke tempat yang jauh dari Pulau Jawa.