Mengenal Lawang Sewu, Gedung Peninggalan Belanda yang Banyak Jejak Sejarah tapi Dianggap Mistis

- 20 Mei 2023, 14:00 WIB
Mengenal Lawang Sewu, Gedung Peninggalan Belanda yang Banyak Jejak Sejarah Tapi Dianggap Mistis
Mengenal Lawang Sewu, Gedung Peninggalan Belanda yang Banyak Jejak Sejarah Tapi Dianggap Mistis /Instagram @pesona.indonesia

BERITASUKOHARJO.com - Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang berada di pusat kota Semarang. Sering kali bangunan ini dianggap mistis karena dahulunya dipakai sebagai penjara saat Jepang menduduki Indonesia.

Padahal Lawang Sewu menyimpan banyak jejak sejarah, dan keunikan pada arsitektur bangunannya. Lawang Sewu dibangun pada zaman Kolonial Belanda pada tahun 1904.

Jika ditelusuri arti kata dari lawang sewu, maka lawang dalam bahasa Jawa berarti pintu, sedangkan sewu bermakna seribu. Sehingga lawang sewu bisa diartikan bangunan seribu pintu. Padahal jika dihitung pintu yang terdapat di lawang sewu jumlahnya 928 pintu.

Baca Juga: TERBARU 2023! 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Bandung untuk Healing dan Liburan, Instagramable Banget dan Seru!

Dilansir oleh BeritaSukoharjo.com dari Intagram @pesona.indonesia, sebelum dijadikan objek wisata sejarah, dulunya Lawang Sewu merupakan kantor kereta api milik Belanda yang bernama Nederland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Gedung Lawang Sewu ini dibangun secara bertahap oleh pemerintah Belanda diatas tanah seluas 18.232 m2 dan dirancang oleh arsitek yang berbeda.

Arsitek yang pertama merancang bangunan Lawang Sewu adalah arsitek asal Belanda bernama Ir. P. de Rieu. Bangunan yang pertama kali dibangun adalah gedung C yang merupakan kantor percetakan karcis kereta api.

Baca Juga: TERBARU! Peringkat Reputasi Model Iklan untuk Bulan Mei 2023 Telah Dirilis, BLACKPINK Memimpin Peringkat

Setelah arsitek tersebut meninggal, pembangunan Lawang Sewu diteruskan oleh dua arsitek Belanda, yaitu Prof. J. Klinkhamer, dan B.J Oudang yang mengerjakan gedung A sebagai kantor utama NIS. Mulai pengerjaan gedung ini Februari 1904 dan selesai Juli 1907.

Tahapan Pembangunan Gedung Lawang Sewu.
Tahapan Pembangunan Gedung Lawang Sewu. Dok: heritage.kai.id
Gedung A dari bangunan ini dirancang menyerupai gerbong kereta api dengan tujuan untuk memfasilitasi komunikasi antar orang Belanda pada saat itu. Setelah itu, konstruksi dilanjutkan dengan membangun gedung pendukung B, D, dan E antara tahun 1916 dan 1918.

Setelah kekalahan Belanda, Lawang Sewu beralih kepemilikan menjadi markas tentara Jepang dan juga kantor transportasi Jepang, yang dikenal sebagai Riyuku Sokyoku pada tahun 1942.

Baca Juga: Taeyong NCT Gaet Wendy RED VELVET untuk Album Solonya, NCTzen dan REVELUV: Kami Tidak Sabar!

Lawang Sewu merupakan saksi sejarah terjadinya pertempuran 5 hari antara tentara Jepang dengan Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA), yaitu pada tanggal 15 sampai dengan 19 Oktober 1945.

Pada pertempuran ini, banyak para pejuang yang gugur, salah satunya dr. Kariadi yang merupakan dokter paling handal. Pada saat itu prajurit Jepang memiliki jumlah yang banyak dan senjata yang lengkap.

Sedangkan AMKA berjumlah sedikit dan hanya bersenjatakan bambu runcing. Banyak para pejuang Indonesia yang gugur dan dimakamkan secara massal di kawasan Wilhelminaplein atau kawasan tugu muda yang sekarang.

Baca Juga: 4 Objek Wisata Pantai di Jawa Tengah yang Cocok Dikunjungi Saat Weekend bersama Keluarga

Namun, akhirnya jasad mereka dipindahkan ke makam yang lebih layak, yaitu Makam Giri Tunggal. Oleh karena latar sejarah ini maka pemerintah Indonesia menetapkan Lawang Sewu sebagai gedung warisan bersejarah yang harus dijaga dan dilestarikan.

Pada zaman penjajahan Jepang, Lawang Sewu selain dijadikan sebagai kantor transportasi Jepang, lorong bawah gedung ini juga dijadikan sebagai penjara. Terdapat tiga ruangan penjara yang ada di lorong bawah ini, yaitu.

-Penjara berdiri berupa ruangan kecil dan berjejer hanya berukuran 1x1 meter yang berfungsi sebagai ruang penyekapan para tahanan.

-Penjara jongkok berupa ruangan sedikit lebih lebar, tapi tingginya ruangan hanya 1 meter dan berisikan air hingga sebatas leher, sehingga para tahanan harus berjongkok ketika masuk.

Baca Juga: 4 Objek Wisata Pantai di Jawa Tengah yang Cocok Dikunjungi Saat Weekend bersama Keluarga

-Ruang penyiksaan berbentuk petak persegi empat, dan di dalamnya terdapat tempat pemasungan kepala. Konon, ketika kepala tahanan setelah dipasung, badannya akan ditenggelamkan ke dalam sungai.

Saat ini, Lawang Sewu difungsikan sebagai museum setelah mengalami beberapa perbaikan dan renovasi.

Beragam koleksi ditampilkan dalam museum Lawang Sewu ini, diantaranya seragam masinis, alat komunikasi, alat hitung friden, lemari karcis, karcis kereta, dan lainnya.***

Editor: Klara Delviyana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah