SUKOHARJOUPDATE - Peristiwa jatuhnya Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mendapatkan perhatian dari Ketua Lembaga Dewan Adat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau biasa di sapa Gusti Moeng.
Menurut Gusti Moeng, terlepas dari kemungkinan Wamenparekraf Angela Tanoesodibjo itu pingsan karena kelelahan karena aktifitas kunjungan kerja begitu padat. Namun bisa juga peristiwa itu terjadi karena adannya kearifan lokal Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dilanggar.
"Bisa juga peristiwa (Pingsannya Wamenparekraf) itu karena beliau memang kelelahan. Atau memang peristiwa itu terjadi dikarenakan tempatnya yang kurang tepat,"papar Gusti Moeng, Senin 8 November 2021.
Baca Juga: Ibu Bibi Ardiansyah Tak Menyangka, Vanessa: Sebentar Lagi Kita Bakal Terkenal
Menurut putri Pakubuwono XII ini, meski dirinya tidak mengetahui secara psti peristiwa Wamenparekraf Angela terjatuh, dikarenakan acara Kirab Budaya Prajurit Keraton tidak ada sangkut pautnya dengan Lembaga Dewan Adat (LDA), dirinya, ungkap Gusti Moeng, pernah mendapatkan pesan dari ayahnya, jangan pernah mengadakan acara apapun di Kori Kamandungan (Pintu utama Keraton).
"Kenapa di Kori Kamandungan. Bukankah ada Alun-Alun, ada Pagelaran yang memang lebih pantas,mengapa ditempat berhentinya kereta jenazah,"tanyanya.
Gusti Moeng sangat menyesalkan mengapa putra-putri PB XII yang saat ini dipercaya mengurus Keraton tidak tahu filosofi Kori Kamandungan. Dan justru membiarkan acara itu tetap dilangsungkan di Kori Kamandungan. Yang berdampak pada pihak luar yang tidak mengetahui filosofi dari Kori Kamandungan.
Ia membeberkan filosofi Kori Kamandunga. Menurut Gusti Moeng, Kamandungan filosofinya penggambaran kalau orang yang sudah meninggal itu ditandu dan tinggal menghadap Illahi.