Sebelum Dikhitan, Edi Mulyono Memandikan Anaknya Terlebih Dahulu di Sendang Gondang Desa Kemiri Klaten

13 Desember 2021, 06:05 WIB
Edi Mulyono menggendong anaknya seusai mandi di Sendang Gondang, diarak anak-anak /Sukoharjoupdate/ Kinan Riyanto /

 

SUKOHARJOUPDATE - Di tengah era jaman modern ini, masih ada beberapa orang yang tetap menjaga tradisi tersebut. Di antaranya, seperti yang dilakukan Edi Mulyono (45 tahun) ini. Warga Desa Kemiri, Kecamatan Tulung, Klaten ini, masih mau menggendong anaknya untuk mandi di Sendang Gondang.

Adalah anak ketiganya, Langgeng Wijoyo (11 tahun), yang akan dikhitan pada Sabtu sore, 11 Desember 2021. Dari rumah, kedua orangtuanya yaitu Edi Mulyono - Giyem, menggandeng anaknya menuju sendang yang jaraknya tidak begitu jauh.

Sebelum berjalan menuju sendang, acara dibuka terlebih dahulu oleh salah satu perangkat desa yang memberi ulasan sekapur sirih, mengendai tradisi ini. Dilanjutkan Langgeng sungkem kepada kedua orangtuanya.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Sukoharjo Belum 100%, Dalam Sehari Kasus Positif Masih Terjadi

Dengan membawa ubo rampe, rombongan tersebut berjalan melewati jalan kampung. Selain para sesepuh yang ikut mengantar, anak-anak kecil dan teman-teman sebaya Langgeng, ikut juga mengarak dari belakang dengan penuh kegembiraan. Hal ini menunjukkan keguyubrukunan warga setempat.

Baca Juga: Lindungi Korban Perkosaan Predator Seks, Pertimbangan Atalia Kamil Tak Ungkap Pada Publik

Sesampai di sendang, ubo rampe berupa pisang, bunga mawar, tembakau, sirih, dan lain-lain, diletakkan di bawah pohon besar yang tumbuh di sekitar sendang.

Tak lupa, Langgeng melepas 10 kilogram ikan berbagai jenis ke dalam sendang tersebut, yang dibawa dari rumah.

Setelah berdoa, Edi Mulyono menabur bunga mawar di permukaan air sendang berukuran 5 kali 5 meter tersebut. Setelah bunga mawar penuh menutupi permukaan air, Langgeng melepas bajunya dan mandi ke dalam sendang, slulup (menyelam) sebanyak 7 kali, sebagai simbol untuk menyucikan diri sebelum disunat.

Baca Juga: Bursa Capres 2024 Makin Ramai, Relawan Sobat Anies Solo Raya Gelar Deklarasi di Sukoharjo

Orang Jawa mengatakan pitu (tujuh), agar Langgeng dan keluarganya yang sedang punya hajat mendapatkan pitulungan (pertolongan) dari Tuhan YME. Dan juga pertolongan pada kehidupan selanjutnya.

"Tradisi ini bukan mistis, tetapi lebih mengedepankan kepedulian dalam menjaga lingkungan di sekitar kita. Dengan melepas ikan-ikan tersebut, ekosistem di air, akan terjaga," kata Kepala Dusun II Sumardiyono, Sabtu 11 Desember 2021.

Selesai mandi, kedua orangtua Langgeng mengganti baju koko. Ia lalu digendong Ayahnya dan diarak pulang kembali ke rumah.

Baca Juga: Tanamkan Rasa Nasionalisme, Pelajar di Tuban Deklarasi Nasionalisme Multikultural di Klenteng Kwan Sing Bio

“Anak ini saya gendong sebagai simbol agar rasa sakitnya saat disunat nanti, biar sakitnya saya gendong untuk saya saja," jelas Edi Mulyono.

Tradisi ini sudah turun-temurun. Namun tidak semua warga mau melakukan hal ini.

"Ini sekaligus untuk melestarikan atau nguri-uri budaya Jawa agar tidak punah. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya," kata Edi.

Baca Juga: Polres Karanganyar Gerak Cepat Evakuasi Longsor Talud di Ngargoyoso Karanganyar

Lima hari setelah Langgeng dikhitan, keluarga akan menanam pohon di sekitar Sendang Gondang. Hal ini bertujuan agar air terus mengalir, karena dengan banyaknya pohon, resapan air bila hujan akan mudah.

Dengan adanya kegiatan melestarikan budaya Jawa ini, Kadus II Sumardiyono, mengaku sangat respek dengan keluarga Edi yang masih mau kembali ke masa lampau, dengan melakukan prosesi ini.

“Tradisi seperti ini memang sudah sering dilakukan embah-embah leluhur kami. Mereka mengajarkan kepada kami, untuk tidak lupa kepada alam dan lingkungan di sekitar kita. Sendang yang merupakan sumber air, harus dijaga kelestariannya dengan cara menanam pohon. Ekosistem air sungai harus kita jaga, dengan cara menabur benih ikan, dan lain-lain. Ini kegiatan yang perlu dilanjutkan," jelas Sumardiyono.

Baca Juga: Sinopsis Film Ocean's 8 Tayang Malam Ini, Kisah Sekumpulan Wanita Pelaku Kriminal

Menjalani prosesi seperti ini, Langgeng mengaku sangat senang. Sehingga rasa takutnya menghadapi dokter khitan, tidak ia pikirkan lagi.

“Senang sekali menjalani prosesi ini, apalagi digendong bapak. Saya tidak takut untuk disunat. Semoga cepat sembuh dan sehat,” kata bocah kelas 5 SD tersebut.

Sebagai wujud syukur lainnya, keluarga Edi Mulyono melakukan hajatan tasyakuran untuk anak-anaknya.***

 

 

Editor: Kinan Riyanto

Tags

Terkini

Terpopuler