Dengan itu, 87% pakaian di dunia berakhir di tempat sampah yang sama saja akan mencemari lingkungan.
Sumber lain mengatakan bahwa pakaian bekas di Eropa hanya 20% yang dipakai lagi di wilayah tersebut, sedangkan sisanya dijual dan dibuang ke negara berkembang.
Baca Juga: Resep Menu Sahur Olahan Mie Instan yang Super Lezat dan Praktis, Bisa Jadi Stok Frozen Food Juga
4. Meningkatkan Konsumerisme
Budaya thrift dan thrifting ternyata bukan solusi dari hidup hemat atau tujuan untuk mengurangi sampah pakain yang mencemari lingkunga.
Faktanya, budaya konsumerisme dan membeli pakaian bekas berlebihan justru marak terjadi akibat dari orang kelas atas dengan banyak uang mampu melakukan thrifting berkali-kali.
Konsumsi terhadap fashion bekas sama saja dengan efek fast fashion yang berlawanan dengan solusi berkelanjutan terhadap gaya hidup dan lingkungan.
5. Kotor
Pakaian bekas di toko thrift mengandung banyak bakteri dan kutu busuk yang membuatnya menjadi sangat kotor.
Toko thrift menjadi salah satu tempat yang menghasilkan banyak sampah karena tidak sedikit orang yang menyumbangkan pakaian bekas mereka atau menjualnya.
Orang-orang terlalu malas untuk memperbaiki pakaian yang sudah rusak dan memilih menjualnya ke toko thrift untuk dijual lagi yang bisa menyebabkan jejak karbon berbahaya di toko tersebut.