Gentrifikasi adalah perubahasan sosial dan budaya yang menyebabkan masyarakat kelas atas membeli barang-barang murah yang ditujukan untuk kelas ke bawah.
Hal ini membuat pedagang thrift atau baju bekas menaikkan harga karena banyaknya permintaan.
Dampaknya, masyarakat ke bawah tidak lagi mampu membeli barang atau pakaian yang seharusnya bisa ia beli untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2023 Jakarta dan Sekitarnya Hari Ini, Sabtu, 25 Maret 2023
2. Semakin Mahal
Dampak buruk dari gentrifikasi yang telah disebutkan diatas adalah kenaikan harga karena tingginya permintaan pakaian bekas.
Thrifting tidak lagi ditujukan kepada warga miskin agar bisa mendapatkan pakaian layak dengan harga miring melainkan menjadi budaya yang juga disukai oleh kalangan menengah ke atas.
Lonjakan budaya thrifting menyebabkan kenaikan harga oleh pedagang yang justru membuat ekonomi kelas bawah mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pakaian.
Baca Juga: Resep Indomie Ramen yang Simple dan Enak, Cocok untuk Hidangan saat Sahur
3. 87 Persen Pakaian Bekas Berakhir di Tempat Sampah
Menurut data dari Story Maps Arcgis, pakaian bekas tidak bisa disumbangkan seluruhnya karena beberapa alasan termasuk tidak layak pakai.
Di lain sisi, pakaian bekas dijual di negara berkembang seperti Indonesia, tapi justru berakhir di TPA karena sudah usang dan tidak bisa dijual dan dipakai dalam jangka waktu panjang.