Pelajari Parenting Sejak Kamu Belum Menikah dengan Tujuan Agar Siap Jadi Orang Tua

27 Oktober 2022, 22:03 WIB
Ilustrasi - parenting penting untuk dipelajari sejak belu menikah dengan tujuan siap jadi orang tua /Pexels/Andrea Piacquadio

BERITASUKOHARJO.com - Parenting adalah sebuah keterampilan yang sangat penting. Keterampilan parenting ini harus dikuasai oleh orang tua kalau ingin anak-anaknya berkembang maksimal.

Karena itu kamu harus mempelajari keterampilan dan pengetahuan parenting ini jauh sejak kamu belum menikah. Ketika kamu masih mahasiswa adalah saat paling tepat untuk belajar parenting.

Keterampilan parenting ini tidak bisa dikuasai dalam waktu singkat. Kamu tidak bisa hanya ikut kursus satu dua hari lantas jadi orang tua yang baik. Apalagi kalau kursus yang kamu ikuti hanya memberi pengetahuan saja, tapi tidak keterampilan.

Pengetahuan (knowledge) adalah salah satu unsur dari kompetensi. Jadi kamu harus tahu dulu pokok-pokok parenting. Kemudian unsur lain adalah attitude atau sikap mental. Kamu mempelajarinya dari keluargamu.

Baca Juga: Bukan Ayam Goreng, Ini Telur Dadar Krispi yang Renyah dan Lezat Luar Biasa, Siapkan Bahan-Bahan Sederhana!

Keduanya lalu membentuk unsur berikut yaitu skill alias ketrampilan. Jadi kamu kombinasikan pengetahuan dari buku, artikel dan komunitas dengan praktik di keluargamu. Maka kamu akan punya keterampilan parenting.

Kalau kamu punya keponakan, sepupu, adik atau apapun di keluargamu, manfaatkan untuk praktik parenting. Itu adalah kesempatan emas untuk mengasah keterampilan parenting.

Salah satu prinsip pokok dalam parenting adalah jangan memanjakan anak. Berikut ini ada sebuah kutipan dari seorang pakar parenting terkemuka.

“When we give children advice or instant solutions, we deprive them of the experience that comes from wrestling with their own problems.” (Adele Faber)

"Ketika kita memberikan nasehat atau solusi seketika pada anak anak, kita menghalangi pengalaman bergulat dengan masalah mereka."

Itulah saran dari Adele Faber, seorang penulis parenting yang menulis buku How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk.

Baca Juga: Kemiri Bisa Buat Gurih dan Empuk! Ternyata Ini Resep Ayam Goreng Serundeng, Pantes Jadi Ide Jualan Laris Manis

Ini adalah saran untuk tidak memanjakan anak. Sangat mudah dipahami tapi tidak mudah untuk melaksanakannya karena ada beberapa kendala.

Kendala utama adalah perasaan sayang yang berlebih orang tua kepada anak. Sebagian kaum ibu, tidak sedikit juga kaum bapak, yang tidak tega melihat anaknya bersusah payah berjuang mengatasi masalahnya.

Mereka lalu membantu meringankan beban anak-anaknya. Maka mereka yang mampu lantas mempekerjakan pembantu dan sopir untuk melayani anak-anaknya.

Bahkan ada yang membantu mengerjakan PR dari sekolah. Semua tindakan itu lazim kita temui di kalangan menengah.

Meskipun demikian, orang tua seharusnya menyadari bahwa bantuan yang terlalu banyak justru akan merugikan anak-anaknya. Masalahnya memang mengukur seberapa dosis pertolongan yang pas.

Baca Juga: Punya Tahu dan Telur di Rumah? Dibikin Semur Pakai Resep Ini Saja, Praktis Gurih dan Meresap!

Apabila kurang juga tidak baik. Kewajiban orang tua memang membantu mengembangkan anak-anaknya. Jadi, sebaiknya biarkan dulu anak-anak bergulat dengan masalahnya sendiri.

Orang tua tentu saja harus terus menerus memantau. Kalau anak-anak sudah berupaya dengan maksimal tapi tetap tidak mampu mengatasi, barulah bantuan orang tua diberikan.

Itulah hal terpenting. Jadi jangan setiap saat bantuan orang tua diberikan.

Dalam budaya Jawa ada cerita Lesmono Mondro Kumoro, anak raja besar Ngestino (Hastinapura) yang sangat dimanja oleh orang tuanya Prabu Suyudono.

Akibatnya Lesmono jadi anak manja dan demanding yang tidak memiliki kemampuan apapun. Sejatinya ini adalah saran nenek moyang agar orang tua tidak memanjakan anaknya dengan berlebihan karena justru menumpulkan potensinya.

Baca Juga: Resep Pizza Krispi Tanpa Oven Anti Gagal, Cocok Jadi Hidangan Spesial di Akhir Pekan Bersama Keluarga di Rumah

Mendidik yang baik bukan melindungi dari masalah tapi menciptakan kondisi agar anak-anak mampu jadi pemecah masalah. Tujuannya agar setelah orang tua pindah ke alam lain anak anaknya akan tetap berkembang. Syukur lebih dari orang tuanya.

Bentuk kongkretnya kedua orang tua berdiskusi untuk menemukan ukuran yang pas. Tidak kekurangan tapi juga tidak berlebih.

Semoga kita memiliki keterampilan parenting yang baik.

Keterampilan parenting yang baik memastikan segenap potensi anak anak kita berkembang maksimal.***

Editor: Risqi Nurtyas Sri Wikanti

Sumber: How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk

Tags

Terkini

Terpopuler